Senin, 07 Desember 2015

Cerpen Ketika cermin tak tersenyum kembali


Ketika cermin tak tersenyum kembali

Oleh : Elisa

            Sepi menghampiriku,dan ketika gelap itu menutupi matahariku.Sejak saat itu,cermin yang meyakinkanku.Aku hanya percaya pada cermin,yang tidak lain adalah bayangan maya diriku sendiri.Cerminlah yang menjadi temanku.Setiap hari,aku selalu memandangi cermin.Sungguh cantik dan rupawannya diriku.Rambutku yang indah kecoklatan,kulitku yang halus,takkan kubiarkan sinar matahari dan debu menyentuhku.

            Ditubuhku masih melekat seragam SMP Harapan Bangsa.Walaupun kini aku sudah lulus, tapi seragam SMA di sekolahku yang baru itu belum kudapatkan.Aku masih harus melewati masa orientasi yang menyebalkan itu.Mengapa menyebalkan? Aku memiliki kenangan yang buruk tentang masa orientasi di SMP.Tiga tahun yang lalu,tepat tanggal 13 Juli 2012,adalah hari dimana aku duduk di bangku SMP atau sekolah menengah pertama.Sekolah itu termasuk kedalam sekolah favorit.Kejadian pada hari itu menghantuiku sampai sekarang.Pada hari itu, semua orang menjauhi aku.Entahlah,aku bingung apa yang salah denganku.Mereka membicarakan aku dibelakang,mereka bilang kalau aku berbeda.Aku hanya menggunakan masker,legging,dan jaket tebal.Mungkin karena apa yang kukenakan ini,mereka menyebutku berbeda.Ketika hari itu,semua siswa diminta maju kedepan untuk menceritakan tentang dirinya. Ketika aku bercerita,aku hanya bercerita jujur tentangku.

            “Selamat pagi,perkenalkan nama gw Callista.Gw anak satu-satunya,apapun yang gw minta pasti orangtua gw kasih.Hobi gw mungkin berbeda dari yang lain,hobi gw bercermin. Sejak kecil gw suka banget bercermin.Dengan bercermin gw bisa tahu apakah ada yang salah atau ngak dengan yang gw pake.Ohya,satu lagi,gw takut sama matahari.Itulah alasannya gw pake pakaian kaya gini ke sekolah,” begitulah caraku bercerita di hari pertama aku sekolah.

            Setelah aku bercerita,kelasku menjadi hening.Sejak saat itu,tidak ada yang mau berteman denganku.Sekalipun ada,mereka hanya memanfaatkan aku.Aku tidak mengerti apa itu arti sebuah teman,apalagi sahabat.Aku bingung,apakah aku ini berbeda?Apakah cermin yang membuatku berbeda?Atau sikapku ini yang menjengkelkan?Aku tidak ingin memikirkan itu,apapun alasan mereka tidak mau berteman denganku,aku tidak peduli,Aku sudah biasa hidup sendiri,jadi tak ada yang mau berteman denganku,bukanlah masalah bagiku.Sejak kecil,papa dan mama sangat membatasiku dalam pertemanan.Aku dilarang berkenalan dengan orang asing.Kemanapun aku pergi,mama selalu yang menemaniku,jika mama tidak bisa,mbok minah yang menemaniku.Alasan aku tidak boleh pergi sendirian adalah mereka takut ada yang mau menjahati aku,atau nantinya aku berkenalan dengan orang yang tidak baik dan aku menjadi anak yang tidak baik juga.Aku adalah anak satu-satunya,mungkin karena itu,mereka menjadi memanjakan dan sangat mengatur aku.Karena tidak ada teman,setiap harinya aku menghabiskan waktuku dikamar.Kamarku cukup luas dengan cermin di setiap sudut kamarku.Aku sengaja meminta mama membelikan beberapa cermin yang indah dan besar untuk menemaniku saat dikamar.Dengan begitu,bayangan-bayangan maya dari diriku sendiri,sudah menjadi teman untukku.Aku sangat mengagumi diriku,cantik,tinggi,rambut yang panjang kecoklatan,kulit putih yang halus, dan semua yang ada diriku sudah cukup membuat aku bangga.

            Tidak kusadari,aku sudah tiga puluh menit berada di depan cermin kesayanganku.Hari ini adalah hari pertama aku sekolah di Sekolah Menengah Atas.Aku tidak ingin ada yang salah lagi dengan apa yang kukenakan hari ini.

“Kayanya,penampilan gw hari ini udah kaya anak-anak lain yang mau kesekolah,” gumamku sambil tersenyum didepan cermin.

Tiba-tiba suara mama memanggilku dari luar kamar,akupun melihat kearah jam di meja riasku.

“Wah,udah jam stengah 7 nih,nanti gw bisa telat kesekolah.”

            “Callista sayang,ayo kamu harus berangkat ke sekolah sekarang.Cepetan,nanti kamu telat loh.Kamu udah bawa buku tulis belum?Kotak pensil?Minuman?Bekal makananmu?dannn…..”

            “Mama,Callista kan sekarang udah SMA,Callista tau kok apa aja yang harus dibawa.Callista pergi dulu ya,nanti pulang sekolah aku pengen ke salon ma,aku pengen creambath mama jemput aku ya.”

            Akupun langsung berlari pelan memasuki mobil kecil yang papa belikan baru-baru ini. Mobil ini khusus papa belikan untuk mengantar aku kemana saja.Pak Rahmat selalu mengantar aku,menjemput aku,dan menjaga aku juga.Pak Rahmatpun segera mengantar aku ke sekolah.Saat keluar kompleks rumahku,aku tersadar.

            “Yaampun,cermin kecilnya ketinggalan.Pak,balik lagi kerumah ya,ada yang ketinggalan,” perintahku kepada Pak Rahmat.

            “Tapi,nanti kalo balik lagi kerumah,gak keburu non Callista.Nanti non telat sampe ke sekolahnya loh,” ucap Pak Rahmat mengingatkanku.

            “Udahdeh,Pak Rahmat nurut aja sama saya!Cermin saya itu penting pak!.”

            Pak Rahmat pun segera putar balik arah kerumah.Sesampaiku dirumah,aku langsung bergegas lari ke kamar dan meraih cermin kecilku.

            “Ah ini dia cermin gw.Wah udah jam berapa ini?Telatnih.”

            Akupun langsung berlari ke mobil dan meminta Pak Rahmat untuk tancap gas.Entah ada apa yang terjadi pagi ini,macet menghalangiku untuk sampai ke sekolah tepat waktu.Aku pun mengeluarkan cermin kecilku dari tas sekolah.

            “Hmmm,rambut rapi,wajah yang cantik,gw udah sempurna pagi ini.Lo tentu setuju kan cermin?,” tanyaku pada cermin.Mungkin cermin akan tersenyum melihatku cantik seperti biasanya.Pak Rahmat hanya melihatku dari kaca sambil senyum dan geleng-geleng kepala.

            “Mungkin orang-orang berpikir kalau gw ini aneh.Gw ya gw,kalo gw beda dari yang lain emangnya kenapa?Emang cuma cermin yang setuju sama gw,” kataku dalam hati.

            Akupun sampai juga di sekolahku yang baru.Ya,sekolah SMA Cahaya Kasih.Empat puluh lima menit aku duduk di kursi belakang mobilku,dengan macet dimana-mana.Aku pun melihat jam tangan yang kukenakan.Ini sudah pukul 7.20.Dan aku seharusnya masuk pukul 7.00. Pantas saja,gerbang sekolahku yang baru itu sudah tertutup.Aku pun keluar dari mobil dan segera berjalan ke arah gerbang.Didalam gerbang sekolah sudah berdiri seorang pria yang mengenakan seragam sekolahku.

            “Kamu anak baru ya?Udah jam berapa sekarang?,” tanyanya kepadaku.

            “Kalo iya kenapa?Udah jam 7.20.”

            “Kamu anak baru udah gak sopan ya,kamu gatau siapa saya?.”

            “Ohh,hai.Emangnya lo siapa?.”

            “Nama saya Arnold.Saya adalah siswa kelas 12 disini,” katanya sambil tersenyum dengan mata yang agak melotot.

            “Maaf kak,tadi macet.Makanya gw telat.Maaf yaaa,” ucapku sambil menundukan kepala. Dalam masa orientasi itu,anak baru harus sopan dan hormat sama kakak-kakak OSIS-nya,termasuk kakak kelasnya.Akupun terpaksa untuk sopan dan hormat.

            “Lebih baik kamu ke lapangan sekarang,teman-temanmu yang lain sudah berkumpul disana.”

            Akupun segera berjalan menuju lapangan yang berada dekat gerbang sekolah.Disana sudah berdiri banyak siswa dengan seragam yang berbeda-beda.Sepertinya kakak-kakak OSIS sedang memberikan penjelasan sambil memegang tumpukan-tumpukan name tag.Aku langsung berbaris di paling belakang salah satu barisan siswa baru.Tidak lupa kukeluarkan cermin kecilku dari tas.Aku hanya ingin memastikan penampilanku masih sempurna atau tidak.Tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang memberikan kata sambutan.

            “Selamat pagi dan selamat datang di SMA Cahaya Kasih.Perkenalkan saya adalah ketua OSIS disini.Nama saya Arnold dari kelas 12.”

            “Arnold?,” tanyaku dalam hati.Akupun kembali mengingat-ingat.Ternyata kakak kelas yang tadi bertemu denganku di gerbang sekolah adalah ketua OSIS disini.Mungkin aku akan dihukum karena sudah telat dan tidak sopan kepadanya.

            “Gw bakal dihukum apa ya?Kenapa gw harus ketemu sama dia pas di gerbang sekolah sih?,” bisikku kecil kepada cermin yang kupegang.Orang-orang disekitarku pun melihatku kebingungan.Pasti mereka akan berpikir bahwa aku ini aneh.Tapi,aku tidak peduli dengan itu. Segera kumasukkan cermin kecilku ke tas.
            Kira-kira sekitar 5 menit,Arnold memberikan kata sambutan.Lalu dia menugaskan OSIS yang lain untuk membagikan name tag dang mengalungkannya ke leher setiap siswa.setelah kuperhatikan,ternyata di name tag tercantum nama-nama hewan.Ada kodok,kambing,sapi,unta, bebek dan ayam.Aku berharap tidak mendapatkan nama kodok.Mengapa?Aku benci sekali dengan hewan menjijikan itu.Waktu kecil,ketika aku lagi di taman.Ada kodok kecil yang meloncat tinggi dan masuk kedalam mulutku yang sedang membuka.Aku sangat benci kejadian itu,dan sejak saat itu aku sangat benci dengan kodok.Melihat tulisan kodok saja,kejadian jelek itu seperti film yang berputar didalam pikiranku.

            Karena aku barisan belakang,aku belum kedapatan name tag.Kulihat Arnold berjalan dari depan ke arahku.Lalu tiba-tiba dia mengalungkan name tag dengan tali warna merah dalam posisi terbalik.Diapun kembali berjalan kerah siswa lain.Kubalik name tag itu untuk melihat nama apakah yang kudapatkan.Dan ternyata,apa yang aku tidak harapkan itulah yang kudapatkan.Hatiku sangat kesal,mengapa harus nama kodok yang aku dapatkan?Aku berjalan ke arah Arnold.Dan kutepuk pundaknya dari belakang.

            “Kak,kenapasih lo kasih gw nama kodok?Gaada yang lain apa?Gw gamau nama ini.”

            “Loh,emangnya kenapa?Ga Cuma kamu kok yang dapet nama kodok.Yang lain juga banyak.” jelas Arnold.Dan dia pun langsung meninggalkanku.

            Aku sangat kesal,tapi aku tahan emosiku.Aku takut kalau Arnold nanti akan memberikan hukuman tambahan karena perilakuku yang tidak mau nama kodok.Aku kembali ke barisanku.Aku pelan-pelan kembali mengeluarkan cermin kecilku.Aku sudah agak kepanasan. Aku hanya memastikan,bahwa sinar matahari tidak merusak kulitku.Ternyata,aku masih tampil sempurna.Setelah kakak-kakak OSIS membagikan name tag,Arnold kembali berdiri di depan dan berbicara kepada kami.

            “Nama-nama yang ada di name tag kalian,adalah nama kalian selama masa orientasi berlangsung.Besok kalian wajib menggunakan seragam yang kami tetapkan.Bagi yang cowo,harus pake sandal jepit yang kiri sama kanan beda.Lalu,tas karung dengan tali satu,tali rafia yang diikatkan di kepala dan di tangan.Untuk baju dan celananya,kalian pakai seragam sekolah masing-masing.Untuk yang cewe,rambutnya diikat tiga.Dua ikat biasa,yang satunya dikepang.Lalu,tas karung,tali tambang dikaki warna warni dan seragam sekolah lama kalian. Ohya,bagi semuanya,kaos kaki harus 30 cm dari mata kaki.Jika kalian ga memakai pakaian lengkap,ingat,ada hukuman yang berlaku dari kami.Dan,hukuman tersebut udah mulai dari hari ini.Siapa hari ini yang udah buat kesalahan?,” begitulah penjelasan Arnold yang diakhiri dengan pertanyaan.

            Aku tahu kalau aku salah.Tapi aku gengsi untuk maju kedepan.Beberapa siswa maju kedepan.Aku bercermin kembali,kali ini aku sudah merasakan gatal-gatal pada wajahku.Mungkin karena sinar matahari yang mulai terik ini.Aku sibuk bercermin,kulihat wajah ku sudah memerah.Ada 5 siswa yang maju kedepan,aku masih di barisanku.Arnold kembali melanjutkan kata-katanya.

            “Cuma segini?Yakin?Heh kamu,cewe yang paling belakang yang lagi pegang kaca.Sini maju kedepan.”

            “Mampus gw.Kena deh gw dihukum,” kataku dalam hati.Aku berjalan pelan sambil menundukan kepala.

            “Nama kamu siapa?,” tanya Arnold yang berjalan mendekat ke arahku.

            “Nama gw Callista,” sahut ku dengan suara yang pelan.

            “Callista?oke.Nama yang bagus.Kamu tahu kesalahan kamu apa?”

            “Tahu kak,tadi pagi gw telat,” ucapku sambil menundukan kepala.

            “Hmmm,kamu mau hukuman apa?Yang susah atau gampang?”

            “Ya gampanglah.”

            “Okey,kayanya kamu suka make-up ya?”

            “Ya lumayan sih.”

            “Saya mau liat kemampuan kamu bermake-up.Besok,kamu harus dandan kaya badut kesekolah,harus!” kata Arnold sambil menepuk pundakku lalu tersenyum menahan tawa.

            “Badut?Gaada hukuman yang lain apa?”

            “Gaada,kalau gamau,artinya kamu ga lolos masa orientasi dan harus dimasukkan dalam kelas bimbingan bersama guru selama satu bulan penuh.Mau yang mana?”

            Kelas bimbingan satu bulan penuh sama guru?Oh tidak!Aku lebih baik menjalani hukuman dari Arnold itu.Walaupun aku tidak mau dandan seperti badut,tapi mau tidak mau,ini adalah hukuman yang harus aku jalani.Kelas bimbingan adalah kelas yang harus dijalani bagi siswa yang tidak lolos masa orientasi di sekolahku.Dalam kelas bimbingan,kita diajar tentang bagaimana menjadi murid yang baik,disiplin,teladan dan masih banyak lagi.Aku lalu mengangguk berarti setuju.Arnold meresponsnya dengan senyuman kecil.Didalam hatiku,aku sangat kesal.Siapakah dia sampai beraninya menghukumku untuk berdandan seperti badut?Aku tidak tahu besok aku akan seperti apa.

            Bel sekolah berbunyi,kami semua masuk ke kelas kami masing-masing.Lalu aku dan teman-temanku yang lainnya mendapatkan beberapa pelajaran mengenai lingkungan sekolah oleh beberapa guru.Saat ku pulang sekolah,Pak Rahmat sudah menungguku di depan sekolah.Aku pulang kerumah,dan langsung masuk ke kamar.Dikamar aku berbaring di tempat tidurku yang terletak di tengah-tengah kamar.Sambil menatap langit-langit kamar,aku berpikir sejenak.Lalu berdiri menghampiri salah satu cermin besarku.

            “Cermin,apakah lo tahu apa yang terjadi hari ini?Hari ini adalah hari yang sial buat gw. Pertama,gw telat datang ke sekolah dan bertemu dengan seorang cowo yang super duper nyebelin dan ngeselin.Namanya Arnold,dia adalah ketua OSIS di sekolah gw yang baru.Yang kedua,gw dapet nama kodok selama masa orientasi.Kodok,hewan yang paling menjijikkan buat gw.Dan terakhir,besok gw harus pake baju badut ke sekolah.Lihat aja ya si Arnold,ga akan gw diem doang,” begitulah aku bercerita pada cermin.Cermin seolah setuju dan tersenyum mendengarku akan membalaskan kekesalan pada Arnold.

            Keesokan harinya,aku sengaja bangun pagi untuk mempersiapkan diri berdandan badut kesekolah.Aku memakai pakaian badut yang telah kubeli semalam di Mall bersama mama. Pakaian ini sedikit kebesaran untukku.Aku bangun jam lima pagi,lalu mandi dan mengenakan pakaian aneh ini.Sungguh,hari ini seperti mimpi burukku.Tapi,ini bukanlah mimpi,ini kenyataan. Aku termenung sambil duduk di depan cermin selama kurang lebih lima belas menit.Aku memikirkan apa yang aku harus gambarkan di wajahku ini.

            “Cermin,bagaimana dengan penampilanku?Sungguh pakaian yang kampungan!Aku benci hari ini!”

            Aku mulai mengambil krim bedak berwarna putih,lalu aku oleskan ke wajahku ini.Lalu ku berikan lingkaran kecil berwarna merah di pipi kiri dan kanan.Tidak lupa kupakai rambut palsu dan hidung badut yang bulat.Bedak ini sungguh sangat gatal,tapi aku harus tahan.Setelah selesai,aku berjalan keluar kamar dan menuju ke mobil.Mama yang sedang duduk di ruang tamu melihat aku keluar kamar.

            “Callista,kamu sudah siap ke sekolah?Kamu ngapain dandan kaya gitu?” tanya mama kaget.

            “Itumahh,masa gara-gara aku kemarin telat,aku dihukum sama ketuas OSIS di sekolah aku.Aku disuruh pake baju kaya gini ke sekolah.Dia kayanya sengaja mau mempermalukan aku ma.”

            “Apa??Tunggu mama ya,mama mau siap-siap kesekolahmu.Mama mau protes ke ketua OSIS mu itu.”

            Aku segera berpikir,jika mama ke sekolah dan bertemu Arnold,mama akan tambah mempermalukanku.Aku harus sadar,aku sekarang sudah SMA,aku tidak mau dibilang anak mami lagi seperti aku diledek selama 3 tahun di SMP.Aku langsung bilang dan memberikan penjelasan ke mama untuk tidak ke sekolah.Mama terpaksa mengerti dan tetap dirumah.Aku sangat kesal,tapi ini juga karena kesalahanku.Di mobil,dalam perjalanan,aku terus bercermin di cermin kecilku.

            “Apakah aku salah jika aku tidak mau dihukum seperti ini?Apa aku sudah tidak sopan?” tanyaku dalam hati.

            Hari ini aku datang pukul tujuh kurang sepuluh.Aku pikir,teman-temanku belum banyak yang datang,tapi dugaanku salah besar.Aku turun dari mobil dan berjalan kedalam sekolah.
            “Wowww,jadi hari ini ada badut cantik ke sekolah?hahaha..” kata beberapa cowo yang mendekati aku.Sepertinya mereka kelas dua belas.Semua orang mendekat ke arahku.Tiba-tiba ada salah satu cowo tinggi,dengan seragam yang berantakan,putih dan berwajah lumayan tampan mendekatiku dan memegang wajahku.

            “Wow,lo anak baru ya?kok mau sih cantik-cantik jadi badut?hahahahaha,” ucapnya sambil tertawa.

            “Heh,jangan sembarangan pegang-pegang muka gw deh!Lo tau?Tangan lo tuh banyak virus,muka gw alergi!Dasar cowo ga sopan!” kataku dengan emosi.

            “Lo anak baru udah songong ya!Cantik-cantik sok banget lo!Lo gatau siapa gw?”

            “Males banget tau,ga guna!”

            Tiba-tiba tanganku dipegang seseorang dan aku ditarik dari kerumunan orang banyak itu.

            “Arnold?Puas lo udah nyuruh gw pake kaya gini?Liatkan,tadi gw diketawain semua orang,terus ada cowo kurang ajar yang megang-megang gw.”

            “Callista,itukan hukuman kamu akibat kesalahan kamu sendiri.”

            “Iya gw tau,tapi kenapa gw doang yang lo suruh pake kaya gini?”

            “Ga cuma kamu doang kok,yang lain,yang kemarin maju bersama-sama kamu itu juga dapat hukuman yang sama,tuh mereka,” kata Arnold sambil tersenyum kepadaku.

            “Maaf ya,gw kira cuma gw doang yang disuruh pake baju dan dandan kaya gini,” ucapku sambil menunduk karena malu.

            “Ohya,cowo tadi itu siapa sih?Kok dia ga sopan gitu sih.”

            “Namanya Brian,dia adalah cowo yang suka memperlakukan cewe ga sopan gitu.Dia eksis disini,banyak cewe-cewe yang suka ama dia.Ya bisa dibilang,1 minggu satu cewe,hahaha.”

            Entah mengapa,ketika aku mendengar suara Arnold,melihat matanya ketika dia berbicara, itu sangat membuatku nyaman.Padahal aku baru bertemu dengannya kemarin.Tapi,aku tetap tidak dapat melupakan perbuatannya itu.Aku tetap benci pada Arnold.Aku mengeluarkan cermin dan aku melihat wajahku ini.

            “Eh,ngaca terus.Kamu suka ngaca ya?Masih suka ngaca kalo mukanya kaya gitu?”

            “Ihhh,lo ledekin gw ya?”

            “Eh,sopan dong.Gw eh maksudnya saya masih jadi ketua OSIS yang harus kamu hormati.”
            “Iya,iya.Gw udah boleh ganti baju belom?Sejujurnya,make up ini gatel banget.Gw alergi sama make up kaya gini.Kayanya gw salah beli bedak.”

            “Kamu sekarang udah boleh ganti bajunya.Hukuman kamu udah selesai.Nanti kamu langsung ke kelas ya sebelum bel bunyi,” kata cowo berambut ikal itu.

            Aku segera mengambil tasku dan ke kamar mandi.Aku menatap wajahku di cermin kamar mandi itu.Aku termenung melihat wajahku yang seperti ini,sambil menghapus bedak yang telah melekat di wajahku yang sudah gatal ini.Baru kali ini aku mau dihukum.Selama ini,apa yang aku kehendaki harus terwujud. Tapi,mengapa aku mau dihukum seperti ini?Arnold?Apa karena dia?Ya,memang karena dia.Dia kan yang memberikan hukuman dan aku harus mematuhinya agar aku lolos masa orientasi.Tapi,bukan itu.Ada sesuatu yang berbeda dari dirinya.Apakah karena dia satu-satunya orang yang gampang akrab denganku? Apakah ini rasanya jika memiliki teman?

            Aku segera mengenakan seragam yang disuruh Arnold kemarin,Aku kembali ke kelas,dan duduk di paling depan.Itu adalah satu-satunya bangku yang tersisa.Tidak lama kemudian,beberapa OSIS datang dan menyuruh kami berbaris di depan untuk diperiksa atribut hari ini.Untung saja,tidak ada yang aku lupa pakai.Aku tidak dapat berhenti memikirkan tentang Arnold.Hanya dialah orang yang mau tersenyum kepadaku.Aku mencoba menyadarkan diriku dan kembali fokus pada OSIS yang sedang menjelaskan.

            Kami dibagikan kertas-kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang kepribadian kita. Harus dijawab secara jujur.Kata kakak OSIS,ini akan dinilai oleh guru bimbingan karakter yang adalah seorang psikolog.Lewat penilaian ini,akan dipilih beberapa siswa yang akan di latih untuk menjadi ketua OSIS di tahun ajaran sekarang.Aku menjawab setiap pertanyaan dengan apa adanya.

            Hari ini kulalui dengan perasaan yang sangat aneh.Aku belum pernah merasakan seperti ini.Aku hari ini hanya diam dan lupa untuk bercermin.Padahal,biasanya aku tidak bisa kalau dalam setiap 5 menit tidak bercermin.Aku hanya ingin memastikan aku masih tampil sempurna. Saat aku mau berjalan keluar sekolah menuju mobil untuk pulang,Arnold memanggilku dari belakang.

            “Callistaaa,tunggu.”

            “Iya kak,ada apa?”

            “Besokkan penutupan OSIS,saya minta kamu buat mewakili teman-temanmu.Kamu cuma berdiri didepan dan menyampaikan kesan-kesan selama masa orientasi ini,” jelas Arnold sambil tersenyum manis.

            “Apa?Gw gabiasa ngomong di depan orang banyak.Gw gabisa.”

            “Lo harus bisa!Gw yakin lo bisa mempersiapkannya dengan sebaik mungkin.” Arnoldpun langsung berjalan meninggalkanku.
            Aku berjalan menuju mobil.Kali ini aku sangat berpikir keras.Apa yang harus kusampaikan di depan nanti.Aku tidak biasa berbicara di depan.Aku tidak mau mempermalukan diriku sendiri.Sesampainya dirumah,seperti biasa,aku langsung masuk ke kamar.

            “Apa yang harus gw bilang besok di acara penutupan masa orientasi?Gw gabisa!Gw gamau gw diketawain orang karena gw mengucapkan yang salah.Ahhhhhh!Cermin,gw harus gimana?Apa gw ga usah masuk aja?Bilang aja gw sakit ya?Hmm.Arnold tuh siapa sih?Kenapa dia bisa nyuruh gw ini itu?” ceritaku pada cermin dikamar.

            Entah mengapa,setiap aku berbicara pada cermin,seolah-olah cermin tidak pernah setuju pada kata hatiku.Sering kali,kata hati ku berbicara sangat keras untuk mengingatkan ku tentang apa yang aku lakukan itu sangat buruk.Aku berusaha untuk tidur,rasanya kepalaku pusing sekali.Hari ini sangat begitu aneh bagiku.

            Bangun-bangun,hari sudah pagi.Aku langsung bergegas mandi,bersiap-siap dan masuk ke mobil untuk berangkat ke sekolah.Hari ini,semua siswa berkumpul di Aula untuk acara penutupan masa orientasi.Setelah kata sambutan oleh kepala sekolah,lalu ketua OSIS,Arnold, namaku disebut untuk memberikan kesan selama masa orientasi ini.Saat didepan,aku sungguh bingung harus berbicara apa,aku hanya mengingat-ingat bagaimana cara Arnold ketika berbicara di depan.Tiba-tiba rangkaian kata-kata mulai tersusun dan terucap sendiri dari mulutku.Setelah selesai aku menyampaikan,orang-orang tepuk tangan.Baru kali ini aku merasa sangat dihargai.Aku turun dari panggung di Aula itu,lalu aku mengambil cermin dan melihat diriku. Aku bangga kali ini,jauh dari rasa bangga yang biasa.Hari ini,aku resmi menjadi murid SMA Cahaya Kasih.Banyak orang yang mengajakku berkenalan.Aku merasa aku tidak berbeda lagi. Sepulang sekolah,aku dipanggil guru bimbingan karakter bersama Arnold.

            “Kamu Callista ya?” tanya ibu guru bimbingan karakter itu dengan ramah.

            “Iya bu,saya Callista,” jawabku sambil tersenyum.

            “Saya ingin kamu mengikuti masa pelatihan ketua OSIS.Arnold akan membimbing kamu selama sebulan kedepan.Saya ingin melihat bagaimana cara Arnold membimbing karakter seseorang untuk menjadi pemimpin sekolah.Kalian bersediakan?”

            “Iya,” jawabku bersamaan dengan Arnold.

            Sebenarnya aku tidak ingin menjadi ketua OSIS.Apalagi harus dibimbing oleh Arnold. Aku masih benci kepadanya akibat dirinya.Aku bingung kenapa tadi aku bilang iya.Aku berjalan keluar dari ruang guru.Arnold berjalan dibelakangku.

            “Pulang lo ada acara ga?ikut gw yuk,” ajak Arnold sambil tersenyum manis.

            “Acara?Gaada sih,tapii….”

            Aku belum melanjutkan kata-kataku,tapi Arnold langsung menarikku dan mengajakku naik motor vespanya.Arnold bisa dibilang anak vespa.Kemarin saat aku dikantin,dia sedikit bercerita karena aku penasaran kenapa dia menyukai vespa.Katanya,vespa itu motor yang unik. Mungkin untuk kebanyakan orang motor ini terlihat kuno dan kampungan.Tapi bagi seorang Arnold,motor ini sangat berarti khusus untuknya.Awalnya aku kaget diajak naik motor,sejak kecil aku belum pernah naik motor.

            “Arnold,gw gamau naik motor.Gw gabiasa,lagiankan panas,nanti kalo kulit gw item gimana?Kalo nanti kulit gw rusak gimana?”

            “Tenang aja sih,gausah berlebihan gitu,udah naik aja.Gw cuma minta lo naik motor doang kok.”

            Aku terpaksa naik motor itu.Aku tidak tahu Arnold mau mengajakku kemana.Aku dibawa ke salah satu lampu merah yang berada di bawah jembatan.Disana berkumpul pengemis, orang-orang pemulung,dan gelandangan.Tiba-tiba beberapa anak kecil menghampiri Arnold dan membawanya pergi dariku.Aku ditinggal sendirian,aku mencoba berjalan-jalan di daerah perkumuhan itu sampai kutemukan Arnold.Aku mengajak Arnold untuk pulang,karena hari sudah mulai gelap.

            “Cermin,gw pulang ga kaya biasanya ya?Gw tadi diajak Arnold ke perkumuhan gitu. Banyak gelandangan yang gw temuin.Ternyata banyak banget orang yang ga seberuntung gw. Kenapa ya,gw selama ini jadi anak yang manja yang gatau diri,” sepertinya cermin tak begitu senang mendengar ceritaku.

            Beberapa hari kemudian,sepulang sekolah,Arnold ngajak gw lagi buat pergi naik vespa biru tuanya.Kali ini,aku diajak ke sebuah tukang baso kaki lima.Arnold memesana dua porsi bakso untuk aku dengannya.Aku takut-takut memakannya,tapi Arnold kemudian menyuapiku bakso tersebut.Ternyata rasanya sangat enak,jauh rasanya dari bakso di Mall.

            “Enakkan?”

            “Haha,iya enak banget nihh.Kok lo tau sih ada makanan enak kaya gini walaupun cuma kaki lima?”

            Arnold hanya tersenyum.Iapun kembali menyantap bakso di mangkuknya.

            “Ohya,kok lo suka banget ngaca sih?” tanya Arnold sambil mengunyah makanannya.

            “Ya,karena cermin itu temen gw.Gw cuma percaya sama cermin,gw gapernah punya temen.Mungkin lo orang pertama yang jadi temen gw.Gw udah biasa hidup menyendiri.Gw terlalu dimanja ama ortu gw,jadi ya semua yang gw pengen itu bisa gw dapetin.Tapi cuma satu yang gabisa dapetin,teman.Cermin selama ini… ,” ceritaku panjang lebar yang didengarkan oleh Arnold.

            Hampir setiap hari Arnold mengajakku pergi sepulang sekolah.Kita banyak berbagi cerita,tentang keluarganya,dan keluargaku.Secara tidak langsung,kini kusadari.Ternyata,selama ini aku diajak olehnya,Arnold secara tidak langsung mengajarkanku banyak sekali.Hingga tiba saatnya besok adalah pemilihan OSIS.Tapi aku masih bingung apa yang harus katakan di depan nanti.Aku mencoba sms Arnold.

            “Arnold,aku masih bingung apa yang harus katakana besok di depan nanti?”

            “Callista,coba ingat-ingat apa saja yang kamu pelajari sejak sebulan ini aku mengajakmu pergi dengan vespa ku.Kamu ingatkan?Kamu tahu jawabannya.”

            Aku kembali mengingat-ngingat semuanya itu.Aku menulis kata-kata yang akan aku sampaikan besok di meja belajar.Sampai akhirnya aku ketiduran dan bermimpi.Didalam mimpiku,aku bertemu Arnold yang sedang naik vespanya.Tapi dalam mimpiku,ketika aku mau menghampiri Arnold,dia menghilang entah kemana.Aku langsung terbangun dari tidur dan kulihat jam sudah menunjukan pukul setengah enam.Aku langsung bersiap-siap untuk ke sekolah.Mengingat mimpiku semalam,aku khawatir tentang keadaan Arnold.Sudah jam segini Arnold belum datang ke sekolah.Akupun menelfonnya,kata Arnold,dia sedang ada urusan mendadak.Arnold sudah ijin ke sekolah untuk datang terlambat.

            “Arnold,tapi kamu tetap hadir saat aku nanti maju kedepankan?”

            “Aku ga janji,hahaha,” jawab Arnold sambil tertawa di telfon.

            “Aku serius Arnold,ada yang ingin aku bicarakan.”

            “Iya,aku usahakan ya.Kamu gaboleh panik,ingat saja kata-kataku saat 2 hari yang lalu di pantai.Aku buru-buru nih,dahhhh.”

            Arnold lalu menutup telfonku.Hatiku sangat gelisah,aku tidak tahu kenapa.Aku berusaha menenangkan diriku dengan mendengarkan lagu yang dikirim Arnold semalam lewat email. Sekarang giliranku untuk maju.Aku menyampaikan semua yang aku sudah persiapkan.Saat didepan,aku mataku mencari-cari dimanakah Arnold.Tapi dia tidak ada.Pengumuman hasil pemilihan ketua OSIS pun dibacakan.Ternyata aku lah yang mendapatkan hasil pemilihan tertinggi.Aku maju kedepan dan menerima pin bertuliskan OSIS.Aku mendapatkan selamat dari semua orang.Smua orang memberiku selamat,tapi kusadari,Arnold tidak ada.Aku lihat handphone ku,Arnold sms.

            “Selamat ya,Callista peri cerminku.Aku tahu,pasti kamu yang terpilih.Tunggu aku ya.”

            Peri cermin,itu adalah panggilan Arnold untukku akhir-akhir ini.Perasaanku sungguh tidak enak.Aku mencoba menelfonnya,tapi handphonenya mati.Arnold sms ku satu jam yang lalu.Tiba-tiba kepala sekolah menghampiriku dan berbicara kepadaku dengan suara pelan.

            Aku tiba di Rumah Sakit yang jaraknya tidak jauh di sekolahku.Kulihat seseorang berbaring dan ditutupi kain putih.Aku berharap itu bukanlah Arnold.Aku menghampirinya,dan kubuka kain putih itu.Air mata,mulai menetes dari mataku.Aku tak sanggup menahan kesedihanku ini.Aku belum lama mengenal Arnold,dan aku merasa bahwa dirinya adalah cinta sejatiku.Hatiku sangat begitu yakin.Tapi mengapa maut memisahkan aku dan Arnold?Aku belum sempat menyampaikan perasaanku ini?Kata orangtua Arnold,Arnold tertabrak sebuah truk besar karena ingin menolong anak kecil yang terjatuh saat menyebrang.Dia terlambat tertolong, pendarahan besar terjadi pada otaknya.

            Kulihat ditangan Arnold terdapat bunga mawar pink dan sebuah surat.Aku langsung pulang dan menuju kamarku.Lalu kubuka surat yang sudah kotor itu sambil menangis.Aku tak kuasa menahan kesedihan ini.

            “Callista,ini surat dariku.Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu yang selama ini aku pendam.Maafkan aku jika aku tidak dapat menghadiri acara saat kamu terpilih menjadi ketua OSIS.Aku tahu bahwa kamu yang terpilih,aku sudah tahu dari kepala sekolah kemarin.Hari ini aku telat datang karena aku mencari bunga yang berwarna pink.Aku tidak mau membelinya,aku mau dengan usahaku sendiri.Inikan permintaanmu dua hari yang lalu?Callista,izinkanlah aku untuk menjadi temanmu,teman seumur hidupmu.Aku mau mendampingimu.Aku selalu ada disana,dihatimu.Kamu tidak perlu cermin-cerminmu lagi,jangan merasa sendiri lagi.Karena sudah ada aku.Aku mengasihimu.Ingat,jadilah dirimu yang sebenarnya.”

            Begitulah surat dari Arnold untuk terakhir kalinya.Arnold,dimanapun kamu berada sekarang,ingatlah,bahwa aku juga mengasihimu seumur hidupku.Aku segera mengambil batu dari halaman rumah lalu ku lemparkan ke semua cermin-cerminku.

            “Aku tidak membutuhkan cermin-cermin ini lagi!Karena sudah ada Arnold yang menemaniku dan selalu dihatiku.Walaupun dia sudah tidak ada lagi,aku yakin,Arnold terus bersamaku menemaniku..Aku telah menemukan diriku sebenarnya yang selama ini tidak pernah kucoba cari. Maafkan aku cermin,sudah tidak dapat membuatmu tersenyum lagi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar