Ketika cermin tak tersenyum kembali
Oleh : Elisa
Sepi menghampiriku,dan ketika gelap
itu menutupi matahariku.Sejak saat itu,cermin yang meyakinkanku.Aku hanya
percaya pada cermin,yang tidak lain adalah bayangan maya diriku
sendiri.Cerminlah yang menjadi temanku.Setiap hari,aku selalu memandangi
cermin.Sungguh cantik dan rupawannya diriku.Rambutku yang indah kecoklatan,kulitku
yang halus,takkan kubiarkan sinar matahari dan debu menyentuhku.
Ditubuhku masih melekat seragam SMP
Harapan Bangsa.Walaupun kini aku sudah lulus, tapi seragam SMA di sekolahku
yang baru itu belum kudapatkan.Aku masih harus melewati masa orientasi yang
menyebalkan itu.Mengapa menyebalkan? Aku memiliki kenangan yang buruk tentang
masa orientasi di SMP.Tiga tahun yang lalu,tepat tanggal 13 Juli 2012,adalah
hari dimana aku duduk di bangku SMP atau sekolah menengah pertama.Sekolah itu
termasuk kedalam sekolah favorit.Kejadian pada hari itu menghantuiku sampai
sekarang.Pada hari itu, semua orang menjauhi aku.Entahlah,aku bingung apa yang
salah denganku.Mereka membicarakan aku dibelakang,mereka bilang kalau aku
berbeda.Aku hanya menggunakan masker,legging,dan
jaket tebal.Mungkin karena apa yang kukenakan ini,mereka menyebutku
berbeda.Ketika hari itu,semua siswa diminta maju kedepan untuk menceritakan
tentang dirinya. Ketika aku bercerita,aku hanya bercerita jujur tentangku.
“Selamat pagi,perkenalkan nama gw
Callista.Gw anak satu-satunya,apapun yang gw minta pasti orangtua gw kasih.Hobi
gw mungkin berbeda dari yang lain,hobi gw bercermin. Sejak kecil gw suka banget
bercermin.Dengan bercermin gw bisa tahu apakah ada yang salah atau ngak dengan
yang gw pake.Ohya,satu lagi,gw takut sama matahari.Itulah alasannya gw pake
pakaian kaya gini ke sekolah,” begitulah caraku bercerita di hari pertama aku
sekolah.
Setelah aku bercerita,kelasku
menjadi hening.Sejak saat itu,tidak ada yang mau berteman denganku.Sekalipun
ada,mereka hanya memanfaatkan aku.Aku tidak mengerti apa itu arti sebuah
teman,apalagi sahabat.Aku bingung,apakah aku ini berbeda?Apakah cermin yang
membuatku berbeda?Atau sikapku ini yang menjengkelkan?Aku tidak ingin
memikirkan itu,apapun alasan mereka tidak mau berteman denganku,aku tidak
peduli,Aku sudah biasa hidup sendiri,jadi tak ada yang mau berteman
denganku,bukanlah masalah bagiku.Sejak kecil,papa dan mama sangat membatasiku
dalam pertemanan.Aku dilarang berkenalan dengan orang asing.Kemanapun aku
pergi,mama selalu yang menemaniku,jika mama tidak bisa,mbok minah yang
menemaniku.Alasan aku tidak boleh pergi sendirian adalah mereka takut ada yang
mau menjahati aku,atau nantinya aku berkenalan dengan orang yang tidak baik dan
aku menjadi anak yang tidak baik juga.Aku adalah anak satu-satunya,mungkin
karena itu,mereka menjadi memanjakan dan sangat mengatur aku.Karena tidak ada
teman,setiap harinya aku menghabiskan waktuku dikamar.Kamarku cukup luas dengan
cermin di setiap sudut kamarku.Aku sengaja meminta mama membelikan beberapa
cermin yang indah dan besar untuk menemaniku saat dikamar.Dengan
begitu,bayangan-bayangan maya dari diriku sendiri,sudah menjadi teman
untukku.Aku sangat mengagumi diriku,cantik,tinggi,rambut yang panjang
kecoklatan,kulit putih yang halus, dan semua yang ada diriku sudah cukup
membuat aku bangga.
Tidak kusadari,aku sudah tiga puluh
menit berada di depan cermin kesayanganku.Hari ini adalah hari pertama aku
sekolah di Sekolah Menengah Atas.Aku tidak ingin ada yang salah lagi dengan apa
yang kukenakan hari ini.
“Kayanya,penampilan gw hari ini udah
kaya anak-anak lain yang mau kesekolah,” gumamku sambil tersenyum didepan
cermin.
Tiba-tiba suara mama memanggilku dari
luar kamar,akupun melihat kearah jam di meja riasku.
“Wah,udah jam stengah 7 nih,nanti gw
bisa telat kesekolah.”
“Callista sayang,ayo kamu harus
berangkat ke sekolah sekarang.Cepetan,nanti kamu telat loh.Kamu udah bawa buku
tulis belum?Kotak pensil?Minuman?Bekal makananmu?dannn…..”
“Mama,Callista kan sekarang udah
SMA,Callista tau kok apa aja yang harus dibawa.Callista pergi dulu ya,nanti
pulang sekolah aku pengen ke salon ma,aku pengen creambath mama jemput aku ya.”
Akupun langsung berlari pelan
memasuki mobil kecil yang papa belikan baru-baru ini. Mobil ini khusus papa
belikan untuk mengantar aku kemana saja.Pak Rahmat selalu mengantar
aku,menjemput aku,dan menjaga aku juga.Pak Rahmatpun segera mengantar aku ke
sekolah.Saat keluar kompleks rumahku,aku tersadar.
“Yaampun,cermin kecilnya
ketinggalan.Pak,balik lagi kerumah ya,ada yang ketinggalan,” perintahku kepada
Pak Rahmat.
“Tapi,nanti kalo balik lagi
kerumah,gak keburu non Callista.Nanti non telat sampe ke sekolahnya loh,” ucap
Pak Rahmat mengingatkanku.
“Udahdeh,Pak Rahmat nurut aja sama
saya!Cermin saya itu penting pak!.”
Pak Rahmat pun segera putar balik
arah kerumah.Sesampaiku dirumah,aku langsung bergegas lari ke kamar dan meraih
cermin kecilku.
“Ah ini dia cermin gw.Wah udah jam
berapa ini?Telatnih.”
Akupun langsung berlari ke mobil dan
meminta Pak Rahmat untuk tancap gas.Entah ada apa yang terjadi pagi ini,macet
menghalangiku untuk sampai ke sekolah tepat waktu.Aku pun mengeluarkan cermin
kecilku dari tas sekolah.
“Hmmm,rambut rapi,wajah yang
cantik,gw udah sempurna pagi ini.Lo tentu setuju kan cermin?,” tanyaku pada
cermin.Mungkin cermin akan tersenyum melihatku cantik seperti biasanya.Pak
Rahmat hanya melihatku dari kaca sambil senyum dan geleng-geleng kepala.
“Mungkin orang-orang berpikir kalau
gw ini aneh.Gw ya gw,kalo gw beda dari yang lain emangnya kenapa?Emang cuma
cermin yang setuju sama gw,” kataku dalam hati.
Akupun sampai juga di sekolahku yang
baru.Ya,sekolah SMA Cahaya Kasih.Empat puluh lima menit aku duduk di kursi
belakang mobilku,dengan macet dimana-mana.Aku pun melihat jam tangan yang
kukenakan.Ini sudah pukul 7.20.Dan aku seharusnya masuk pukul 7.00. Pantas
saja,gerbang sekolahku yang baru itu sudah tertutup.Aku pun keluar dari mobil dan
segera berjalan ke arah gerbang.Didalam gerbang sekolah sudah berdiri seorang
pria yang mengenakan seragam sekolahku.
“Kamu anak baru ya?Udah jam berapa
sekarang?,” tanyanya kepadaku.
“Kalo iya kenapa?Udah jam 7.20.”
“Kamu anak baru udah gak sopan
ya,kamu gatau siapa saya?.”
“Ohh,hai.Emangnya lo siapa?.”
“Nama saya Arnold.Saya adalah siswa
kelas 12 disini,” katanya sambil tersenyum dengan mata yang agak melotot.
“Maaf kak,tadi macet.Makanya gw
telat.Maaf yaaa,” ucapku sambil menundukan kepala. Dalam masa orientasi
itu,anak baru harus sopan dan hormat sama kakak-kakak OSIS-nya,termasuk kakak
kelasnya.Akupun terpaksa untuk sopan dan hormat.
“Lebih baik kamu ke lapangan
sekarang,teman-temanmu yang lain sudah berkumpul disana.”
Akupun segera berjalan menuju
lapangan yang berada dekat gerbang sekolah.Disana sudah berdiri banyak siswa
dengan seragam yang berbeda-beda.Sepertinya kakak-kakak OSIS sedang memberikan
penjelasan sambil memegang tumpukan-tumpukan name tag.Aku langsung berbaris di paling belakang salah satu
barisan siswa baru.Tidak lupa kukeluarkan cermin kecilku dari tas.Aku hanya
ingin memastikan penampilanku masih sempurna atau tidak.Tiba-tiba terdengar
suara seorang pria yang memberikan kata sambutan.
“Selamat pagi dan selamat datang di
SMA Cahaya Kasih.Perkenalkan saya adalah ketua OSIS disini.Nama saya Arnold
dari kelas 12.”
“Arnold?,” tanyaku dalam hati.Akupun
kembali mengingat-ingat.Ternyata kakak kelas yang tadi bertemu denganku di
gerbang sekolah adalah ketua OSIS disini.Mungkin aku akan dihukum karena sudah
telat dan tidak sopan kepadanya.
“Gw bakal dihukum apa ya?Kenapa gw
harus ketemu sama dia pas di gerbang sekolah sih?,” bisikku kecil kepada cermin
yang kupegang.Orang-orang disekitarku pun melihatku kebingungan.Pasti mereka
akan berpikir bahwa aku ini aneh.Tapi,aku tidak peduli dengan itu. Segera
kumasukkan cermin kecilku ke tas.
Kira-kira sekitar 5 menit,Arnold
memberikan kata sambutan.Lalu dia menugaskan OSIS yang lain untuk membagikan name tag dang mengalungkannya ke leher
setiap siswa.setelah kuperhatikan,ternyata di name tag tercantum nama-nama hewan.Ada kodok,kambing,sapi,unta,
bebek dan ayam.Aku berharap tidak mendapatkan nama kodok.Mengapa?Aku benci
sekali dengan hewan menjijikan itu.Waktu kecil,ketika aku lagi di taman.Ada
kodok kecil yang meloncat tinggi dan masuk kedalam mulutku yang sedang
membuka.Aku sangat benci kejadian itu,dan sejak saat itu aku sangat benci
dengan kodok.Melihat tulisan kodok saja,kejadian jelek itu seperti film yang
berputar didalam pikiranku.
Karena aku barisan belakang,aku
belum kedapatan name tag.Kulihat
Arnold berjalan dari depan ke arahku.Lalu tiba-tiba dia mengalungkan name tag dengan tali warna merah dalam
posisi terbalik.Diapun kembali berjalan kerah siswa lain.Kubalik name tag itu untuk melihat nama apakah
yang kudapatkan.Dan ternyata,apa yang aku tidak harapkan itulah yang
kudapatkan.Hatiku sangat kesal,mengapa harus nama kodok yang aku dapatkan?Aku
berjalan ke arah Arnold.Dan kutepuk pundaknya dari belakang.
“Kak,kenapasih lo kasih gw nama
kodok?Gaada yang lain apa?Gw gamau nama ini.”
“Loh,emangnya kenapa?Ga Cuma kamu
kok yang dapet nama kodok.Yang lain juga banyak.” jelas Arnold.Dan dia pun
langsung meninggalkanku.
Aku sangat kesal,tapi aku tahan
emosiku.Aku takut kalau Arnold nanti akan memberikan hukuman tambahan karena
perilakuku yang tidak mau nama kodok.Aku kembali ke barisanku.Aku pelan-pelan
kembali mengeluarkan cermin kecilku.Aku sudah agak kepanasan. Aku hanya
memastikan,bahwa sinar matahari tidak merusak kulitku.Ternyata,aku masih tampil
sempurna.Setelah kakak-kakak OSIS membagikan name tag,Arnold kembali berdiri di depan dan berbicara kepada kami.
“Nama-nama yang ada di name tag kalian,adalah nama kalian
selama masa orientasi berlangsung.Besok kalian wajib menggunakan seragam yang
kami tetapkan.Bagi yang cowo,harus pake sandal jepit yang kiri sama kanan
beda.Lalu,tas karung dengan tali satu,tali rafia yang diikatkan di kepala dan
di tangan.Untuk baju dan celananya,kalian pakai seragam sekolah
masing-masing.Untuk yang cewe,rambutnya diikat tiga.Dua ikat biasa,yang satunya
dikepang.Lalu,tas karung,tali tambang dikaki warna warni dan seragam sekolah
lama kalian. Ohya,bagi semuanya,kaos kaki harus 30 cm dari mata kaki.Jika
kalian ga memakai pakaian lengkap,ingat,ada hukuman yang berlaku dari
kami.Dan,hukuman tersebut udah mulai dari hari ini.Siapa hari ini yang udah
buat kesalahan?,” begitulah penjelasan Arnold yang diakhiri dengan pertanyaan.
Aku tahu kalau aku salah.Tapi aku
gengsi untuk maju kedepan.Beberapa siswa maju kedepan.Aku bercermin
kembali,kali ini aku sudah merasakan gatal-gatal pada wajahku.Mungkin karena
sinar matahari yang mulai terik ini.Aku sibuk bercermin,kulihat wajah ku sudah
memerah.Ada 5 siswa yang maju kedepan,aku masih di barisanku.Arnold kembali
melanjutkan kata-katanya.
“Cuma segini?Yakin?Heh kamu,cewe
yang paling belakang yang lagi pegang kaca.Sini maju kedepan.”
“Mampus gw.Kena deh gw dihukum,”
kataku dalam hati.Aku berjalan pelan sambil menundukan kepala.
“Nama kamu siapa?,” tanya Arnold
yang berjalan mendekat ke arahku.
“Nama gw Callista,” sahut ku dengan
suara yang pelan.
“Callista?oke.Nama yang bagus.Kamu
tahu kesalahan kamu apa?”
“Tahu kak,tadi pagi gw telat,”
ucapku sambil menundukan kepala.
“Hmmm,kamu mau hukuman apa?Yang
susah atau gampang?”
“Ya gampanglah.”
“Okey,kayanya kamu suka make-up ya?”
“Ya lumayan sih.”
“Saya mau liat kemampuan kamu
bermake-up.Besok,kamu harus dandan kaya badut kesekolah,harus!” kata Arnold
sambil menepuk pundakku lalu tersenyum menahan tawa.
“Badut?Gaada hukuman yang lain apa?”
“Gaada,kalau gamau,artinya kamu ga
lolos masa orientasi dan harus dimasukkan dalam kelas bimbingan bersama guru
selama satu bulan penuh.Mau yang mana?”
Kelas bimbingan satu bulan penuh
sama guru?Oh tidak!Aku lebih baik menjalani hukuman dari Arnold itu.Walaupun
aku tidak mau dandan seperti badut,tapi mau tidak mau,ini adalah hukuman yang
harus aku jalani.Kelas bimbingan adalah kelas yang harus dijalani bagi siswa
yang tidak lolos masa orientasi di sekolahku.Dalam kelas bimbingan,kita diajar
tentang bagaimana menjadi murid yang baik,disiplin,teladan dan masih banyak
lagi.Aku lalu mengangguk berarti setuju.Arnold meresponsnya dengan senyuman
kecil.Didalam hatiku,aku sangat kesal.Siapakah dia sampai beraninya menghukumku
untuk berdandan seperti badut?Aku tidak tahu besok aku akan seperti apa.
Bel sekolah berbunyi,kami semua
masuk ke kelas kami masing-masing.Lalu aku dan teman-temanku yang lainnya
mendapatkan beberapa pelajaran mengenai lingkungan sekolah oleh beberapa
guru.Saat ku pulang sekolah,Pak Rahmat sudah menungguku di depan sekolah.Aku
pulang kerumah,dan langsung masuk ke kamar.Dikamar aku berbaring di tempat
tidurku yang terletak di tengah-tengah kamar.Sambil menatap langit-langit
kamar,aku berpikir sejenak.Lalu berdiri menghampiri salah satu cermin besarku.
“Cermin,apakah lo tahu apa yang
terjadi hari ini?Hari ini adalah hari yang sial buat gw. Pertama,gw telat
datang ke sekolah dan bertemu dengan seorang cowo yang super duper nyebelin dan
ngeselin.Namanya Arnold,dia adalah ketua OSIS di sekolah gw yang baru.Yang
kedua,gw dapet nama kodok selama masa orientasi.Kodok,hewan yang paling
menjijikkan buat gw.Dan terakhir,besok gw harus pake baju badut ke
sekolah.Lihat aja ya si Arnold,ga akan gw diem doang,” begitulah aku bercerita
pada cermin.Cermin seolah setuju dan tersenyum mendengarku akan membalaskan
kekesalan pada Arnold.
Keesokan harinya,aku sengaja bangun
pagi untuk mempersiapkan diri berdandan badut kesekolah.Aku memakai pakaian
badut yang telah kubeli semalam di Mall bersama mama. Pakaian ini sedikit
kebesaran untukku.Aku bangun jam lima pagi,lalu mandi dan mengenakan pakaian
aneh ini.Sungguh,hari ini seperti mimpi burukku.Tapi,ini bukanlah mimpi,ini
kenyataan. Aku termenung sambil duduk di depan cermin selama kurang lebih lima
belas menit.Aku memikirkan apa yang aku harus gambarkan di wajahku ini.
“Cermin,bagaimana dengan
penampilanku?Sungguh pakaian yang kampungan!Aku benci hari ini!”
Aku mulai mengambil krim bedak
berwarna putih,lalu aku oleskan ke wajahku ini.Lalu ku berikan lingkaran kecil
berwarna merah di pipi kiri dan kanan.Tidak lupa kupakai rambut palsu dan
hidung badut yang bulat.Bedak ini sungguh sangat gatal,tapi aku harus
tahan.Setelah selesai,aku berjalan keluar kamar dan menuju ke mobil.Mama yang
sedang duduk di ruang tamu melihat aku keluar kamar.
“Callista,kamu sudah siap ke
sekolah?Kamu ngapain dandan kaya gitu?” tanya mama kaget.
“Itumahh,masa gara-gara aku kemarin
telat,aku dihukum sama ketuas OSIS di sekolah aku.Aku disuruh pake baju kaya
gini ke sekolah.Dia kayanya sengaja mau mempermalukan aku ma.”
“Apa??Tunggu mama ya,mama mau
siap-siap kesekolahmu.Mama mau protes ke ketua OSIS mu itu.”
Aku segera berpikir,jika mama ke
sekolah dan bertemu Arnold,mama akan tambah mempermalukanku.Aku harus sadar,aku
sekarang sudah SMA,aku tidak mau dibilang anak mami lagi seperti aku diledek
selama 3 tahun di SMP.Aku langsung bilang dan memberikan penjelasan ke mama
untuk tidak ke sekolah.Mama terpaksa mengerti dan tetap dirumah.Aku sangat
kesal,tapi ini juga karena kesalahanku.Di mobil,dalam perjalanan,aku terus
bercermin di cermin kecilku.
“Apakah aku salah jika aku tidak mau
dihukum seperti ini?Apa aku sudah tidak sopan?” tanyaku dalam hati.
Hari ini aku datang pukul tujuh
kurang sepuluh.Aku pikir,teman-temanku belum banyak yang datang,tapi dugaanku
salah besar.Aku turun dari mobil dan berjalan kedalam sekolah.
“Wowww,jadi hari ini ada badut
cantik ke sekolah?hahaha..” kata beberapa cowo yang mendekati aku.Sepertinya
mereka kelas dua belas.Semua orang mendekat ke arahku.Tiba-tiba ada salah satu
cowo tinggi,dengan seragam yang berantakan,putih dan berwajah lumayan tampan
mendekatiku dan memegang wajahku.
“Wow,lo anak baru ya?kok mau sih
cantik-cantik jadi badut?hahahahaha,” ucapnya sambil tertawa.
“Heh,jangan sembarangan
pegang-pegang muka gw deh!Lo tau?Tangan lo tuh banyak virus,muka gw
alergi!Dasar cowo ga sopan!” kataku dengan emosi.
“Lo anak baru udah songong
ya!Cantik-cantik sok banget lo!Lo gatau siapa gw?”
“Males banget tau,ga guna!”
Tiba-tiba tanganku dipegang
seseorang dan aku ditarik dari kerumunan orang banyak itu.
“Arnold?Puas lo udah nyuruh gw pake
kaya gini?Liatkan,tadi gw diketawain semua orang,terus ada cowo kurang ajar
yang megang-megang gw.”
“Callista,itukan hukuman kamu akibat
kesalahan kamu sendiri.”
“Iya gw tau,tapi kenapa gw doang
yang lo suruh pake kaya gini?”
“Ga cuma kamu doang kok,yang
lain,yang kemarin maju bersama-sama kamu itu juga dapat hukuman yang sama,tuh
mereka,” kata Arnold sambil tersenyum kepadaku.
“Maaf ya,gw kira cuma gw doang yang
disuruh pake baju dan dandan kaya gini,” ucapku sambil menunduk karena malu.
“Ohya,cowo tadi itu siapa sih?Kok
dia ga sopan gitu sih.”
“Namanya Brian,dia adalah cowo yang
suka memperlakukan cewe ga sopan gitu.Dia eksis disini,banyak cewe-cewe yang
suka ama dia.Ya bisa dibilang,1 minggu satu cewe,hahaha.”
Entah mengapa,ketika aku mendengar
suara Arnold,melihat matanya ketika dia berbicara, itu sangat membuatku
nyaman.Padahal aku baru bertemu dengannya kemarin.Tapi,aku tetap tidak dapat
melupakan perbuatannya itu.Aku tetap benci pada Arnold.Aku mengeluarkan cermin dan
aku melihat wajahku ini.
“Eh,ngaca terus.Kamu suka ngaca
ya?Masih suka ngaca kalo mukanya kaya gitu?”
“Ihhh,lo ledekin gw ya?”
“Eh,sopan dong.Gw eh maksudnya saya
masih jadi ketua OSIS yang harus kamu hormati.”
“Iya,iya.Gw udah boleh ganti baju
belom?Sejujurnya,make up ini gatel banget.Gw alergi sama make up kaya
gini.Kayanya gw salah beli bedak.”
“Kamu sekarang udah boleh ganti
bajunya.Hukuman kamu udah selesai.Nanti kamu langsung ke kelas ya sebelum bel
bunyi,” kata cowo berambut ikal itu.
Aku segera mengambil tasku dan ke
kamar mandi.Aku menatap wajahku di cermin kamar mandi itu.Aku termenung melihat
wajahku yang seperti ini,sambil menghapus bedak yang telah melekat di wajahku
yang sudah gatal ini.Baru kali ini aku mau dihukum.Selama ini,apa yang aku
kehendaki harus terwujud. Tapi,mengapa aku mau dihukum seperti ini?Arnold?Apa
karena dia?Ya,memang karena dia.Dia kan yang memberikan hukuman dan aku harus
mematuhinya agar aku lolos masa orientasi.Tapi,bukan itu.Ada sesuatu yang
berbeda dari dirinya.Apakah karena dia satu-satunya orang yang gampang akrab
denganku? Apakah ini rasanya jika memiliki teman?
Aku segera mengenakan seragam yang
disuruh Arnold kemarin,Aku kembali ke kelas,dan duduk di paling depan.Itu
adalah satu-satunya bangku yang tersisa.Tidak lama kemudian,beberapa OSIS
datang dan menyuruh kami berbaris di depan untuk diperiksa atribut hari
ini.Untung saja,tidak ada yang aku lupa pakai.Aku tidak dapat berhenti
memikirkan tentang Arnold.Hanya dialah orang yang mau tersenyum kepadaku.Aku
mencoba menyadarkan diriku dan kembali fokus pada OSIS yang sedang menjelaskan.
Kami dibagikan kertas-kertas yang
berisi pertanyaan-pertanyaan tentang kepribadian kita. Harus dijawab secara
jujur.Kata kakak OSIS,ini akan dinilai oleh guru bimbingan karakter yang adalah
seorang psikolog.Lewat penilaian ini,akan dipilih beberapa siswa yang akan di
latih untuk menjadi ketua OSIS di tahun ajaran sekarang.Aku menjawab setiap
pertanyaan dengan apa adanya.
Hari ini kulalui dengan perasaan
yang sangat aneh.Aku belum pernah merasakan seperti ini.Aku hari ini hanya diam
dan lupa untuk bercermin.Padahal,biasanya aku tidak bisa kalau dalam setiap 5
menit tidak bercermin.Aku hanya ingin memastikan aku masih tampil sempurna.
Saat aku mau berjalan keluar sekolah menuju mobil untuk pulang,Arnold
memanggilku dari belakang.
“Callistaaa,tunggu.”
“Iya kak,ada apa?”
“Besokkan penutupan OSIS,saya minta
kamu buat mewakili teman-temanmu.Kamu cuma berdiri didepan dan menyampaikan
kesan-kesan selama masa orientasi ini,” jelas Arnold sambil tersenyum manis.
“Apa?Gw gabiasa ngomong di depan
orang banyak.Gw gabisa.”
“Lo harus bisa!Gw yakin lo bisa
mempersiapkannya dengan sebaik mungkin.” Arnoldpun langsung berjalan
meninggalkanku.
Aku berjalan menuju mobil.Kali ini
aku sangat berpikir keras.Apa yang harus kusampaikan di depan nanti.Aku tidak
biasa berbicara di depan.Aku tidak mau mempermalukan diriku sendiri.Sesampainya
dirumah,seperti biasa,aku langsung masuk ke kamar.
“Apa yang harus gw bilang besok di
acara penutupan masa orientasi?Gw gabisa!Gw gamau gw diketawain orang karena gw
mengucapkan yang salah.Ahhhhhh!Cermin,gw harus gimana?Apa gw ga usah masuk
aja?Bilang aja gw sakit ya?Hmm.Arnold tuh siapa sih?Kenapa dia bisa nyuruh gw
ini itu?” ceritaku pada cermin dikamar.
Entah mengapa,setiap aku berbicara
pada cermin,seolah-olah cermin tidak pernah setuju pada kata hatiku.Sering
kali,kata hati ku berbicara sangat keras untuk mengingatkan ku tentang apa yang
aku lakukan itu sangat buruk.Aku berusaha untuk tidur,rasanya kepalaku pusing
sekali.Hari ini sangat begitu aneh bagiku.
Bangun-bangun,hari sudah pagi.Aku
langsung bergegas mandi,bersiap-siap dan masuk ke mobil untuk berangkat ke
sekolah.Hari ini,semua siswa berkumpul di Aula untuk acara penutupan masa
orientasi.Setelah kata sambutan oleh kepala sekolah,lalu ketua OSIS,Arnold,
namaku disebut untuk memberikan kesan selama masa orientasi ini.Saat
didepan,aku sungguh bingung harus berbicara apa,aku hanya mengingat-ingat
bagaimana cara Arnold ketika berbicara di depan.Tiba-tiba rangkaian kata-kata
mulai tersusun dan terucap sendiri dari mulutku.Setelah selesai aku
menyampaikan,orang-orang tepuk tangan.Baru kali ini aku merasa sangat
dihargai.Aku turun dari panggung di Aula itu,lalu aku mengambil cermin dan
melihat diriku. Aku bangga kali ini,jauh dari rasa bangga yang biasa.Hari
ini,aku resmi menjadi murid SMA Cahaya Kasih.Banyak orang yang mengajakku
berkenalan.Aku merasa aku tidak berbeda lagi. Sepulang sekolah,aku dipanggil
guru bimbingan karakter bersama Arnold.
“Kamu Callista ya?” tanya ibu guru
bimbingan karakter itu dengan ramah.
“Iya bu,saya Callista,” jawabku
sambil tersenyum.
“Saya ingin kamu mengikuti masa
pelatihan ketua OSIS.Arnold akan membimbing kamu selama sebulan kedepan.Saya
ingin melihat bagaimana cara Arnold membimbing karakter seseorang untuk menjadi
pemimpin sekolah.Kalian bersediakan?”
“Iya,” jawabku bersamaan dengan
Arnold.
Sebenarnya aku tidak ingin menjadi
ketua OSIS.Apalagi harus dibimbing oleh Arnold. Aku masih benci kepadanya
akibat dirinya.Aku bingung kenapa tadi aku bilang iya.Aku berjalan keluar dari
ruang guru.Arnold berjalan dibelakangku.
“Pulang lo ada acara ga?ikut gw
yuk,” ajak Arnold sambil tersenyum manis.
“Acara?Gaada sih,tapii….”
Aku belum melanjutkan
kata-kataku,tapi Arnold langsung menarikku dan mengajakku naik motor
vespanya.Arnold bisa dibilang anak vespa.Kemarin saat aku dikantin,dia sedikit
bercerita karena aku penasaran kenapa dia menyukai vespa.Katanya,vespa itu
motor yang unik. Mungkin untuk kebanyakan orang motor ini terlihat kuno dan
kampungan.Tapi bagi seorang Arnold,motor ini sangat berarti khusus
untuknya.Awalnya aku kaget diajak naik motor,sejak kecil aku belum pernah naik
motor.
“Arnold,gw gamau naik motor.Gw
gabiasa,lagiankan panas,nanti kalo kulit gw item gimana?Kalo nanti kulit gw
rusak gimana?”
“Tenang aja sih,gausah berlebihan
gitu,udah naik aja.Gw cuma minta lo naik motor doang kok.”
Aku terpaksa naik motor itu.Aku
tidak tahu Arnold mau mengajakku kemana.Aku dibawa ke salah satu lampu merah
yang berada di bawah jembatan.Disana berkumpul pengemis, orang-orang
pemulung,dan gelandangan.Tiba-tiba beberapa anak kecil menghampiri Arnold dan
membawanya pergi dariku.Aku ditinggal sendirian,aku mencoba berjalan-jalan di
daerah perkumuhan itu sampai kutemukan Arnold.Aku mengajak Arnold untuk
pulang,karena hari sudah mulai gelap.
“Cermin,gw pulang ga kaya biasanya
ya?Gw tadi diajak Arnold ke perkumuhan gitu. Banyak gelandangan yang gw
temuin.Ternyata banyak banget orang yang ga seberuntung gw. Kenapa ya,gw selama
ini jadi anak yang manja yang gatau diri,” sepertinya cermin tak begitu senang
mendengar ceritaku.
Beberapa hari kemudian,sepulang
sekolah,Arnold ngajak gw lagi buat pergi naik vespa biru tuanya.Kali ini,aku
diajak ke sebuah tukang baso kaki lima.Arnold memesana dua porsi bakso untuk
aku dengannya.Aku takut-takut memakannya,tapi Arnold kemudian menyuapiku bakso
tersebut.Ternyata rasanya sangat enak,jauh rasanya dari bakso di Mall.
“Enakkan?”
“Haha,iya enak banget nihh.Kok lo
tau sih ada makanan enak kaya gini walaupun cuma kaki lima?”
Arnold hanya tersenyum.Iapun kembali
menyantap bakso di mangkuknya.
“Ohya,kok lo suka banget ngaca sih?”
tanya Arnold sambil mengunyah makanannya.
“Ya,karena cermin itu temen gw.Gw
cuma percaya sama cermin,gw gapernah punya temen.Mungkin lo orang pertama yang
jadi temen gw.Gw udah biasa hidup menyendiri.Gw terlalu dimanja ama ortu
gw,jadi ya semua yang gw pengen itu bisa gw dapetin.Tapi cuma satu yang gabisa
dapetin,teman.Cermin selama ini… ,” ceritaku panjang lebar yang didengarkan
oleh Arnold.
Hampir setiap hari Arnold mengajakku
pergi sepulang sekolah.Kita banyak berbagi cerita,tentang keluarganya,dan
keluargaku.Secara tidak langsung,kini kusadari.Ternyata,selama ini aku diajak
olehnya,Arnold secara tidak langsung mengajarkanku banyak sekali.Hingga tiba
saatnya besok adalah pemilihan OSIS.Tapi aku masih bingung apa yang harus katakan
di depan nanti.Aku mencoba sms Arnold.
“Arnold,aku masih bingung apa yang
harus katakana besok di depan nanti?”
“Callista,coba ingat-ingat apa saja
yang kamu pelajari sejak sebulan ini aku mengajakmu pergi dengan vespa ku.Kamu
ingatkan?Kamu tahu jawabannya.”
Aku kembali mengingat-ngingat
semuanya itu.Aku menulis kata-kata yang akan aku sampaikan besok di meja
belajar.Sampai akhirnya aku ketiduran dan bermimpi.Didalam mimpiku,aku bertemu
Arnold yang sedang naik vespanya.Tapi dalam mimpiku,ketika aku mau menghampiri
Arnold,dia menghilang entah kemana.Aku langsung terbangun dari tidur dan
kulihat jam sudah menunjukan pukul setengah enam.Aku langsung bersiap-siap
untuk ke sekolah.Mengingat mimpiku semalam,aku khawatir tentang keadaan
Arnold.Sudah jam segini Arnold belum datang ke sekolah.Akupun menelfonnya,kata
Arnold,dia sedang ada urusan mendadak.Arnold sudah ijin ke sekolah untuk datang
terlambat.
“Arnold,tapi kamu tetap hadir saat
aku nanti maju kedepankan?”
“Aku ga janji,hahaha,” jawab Arnold sambil
tertawa di telfon.
“Aku serius Arnold,ada yang ingin
aku bicarakan.”
“Iya,aku usahakan ya.Kamu gaboleh
panik,ingat saja kata-kataku saat 2 hari yang lalu di pantai.Aku buru-buru
nih,dahhhh.”
Arnold lalu menutup telfonku.Hatiku
sangat gelisah,aku tidak tahu kenapa.Aku berusaha menenangkan diriku dengan
mendengarkan lagu yang dikirim Arnold semalam lewat email. Sekarang giliranku
untuk maju.Aku menyampaikan semua yang aku sudah persiapkan.Saat didepan,aku
mataku mencari-cari dimanakah Arnold.Tapi dia tidak ada.Pengumuman hasil
pemilihan ketua OSIS pun dibacakan.Ternyata aku lah yang mendapatkan hasil
pemilihan tertinggi.Aku maju kedepan dan menerima pin bertuliskan OSIS.Aku
mendapatkan selamat dari semua orang.Smua orang memberiku selamat,tapi kusadari,Arnold
tidak ada.Aku lihat handphone ku,Arnold sms.
“Selamat ya,Callista peri
cerminku.Aku tahu,pasti kamu yang terpilih.Tunggu aku ya.”
Peri cermin,itu adalah panggilan
Arnold untukku akhir-akhir ini.Perasaanku sungguh tidak enak.Aku mencoba
menelfonnya,tapi handphonenya mati.Arnold sms ku satu jam yang lalu.Tiba-tiba
kepala sekolah menghampiriku dan berbicara kepadaku dengan suara pelan.
Aku tiba di Rumah Sakit yang
jaraknya tidak jauh di sekolahku.Kulihat seseorang berbaring dan ditutupi kain
putih.Aku berharap itu bukanlah Arnold.Aku menghampirinya,dan kubuka kain putih
itu.Air mata,mulai menetes dari mataku.Aku tak sanggup menahan kesedihanku ini.Aku
belum lama mengenal Arnold,dan aku merasa bahwa dirinya adalah cinta
sejatiku.Hatiku sangat begitu yakin.Tapi mengapa maut memisahkan aku dan
Arnold?Aku belum sempat menyampaikan perasaanku ini?Kata orangtua Arnold,Arnold
tertabrak sebuah truk besar karena ingin menolong anak kecil yang terjatuh saat
menyebrang.Dia terlambat tertolong, pendarahan besar terjadi pada otaknya.
Kulihat ditangan Arnold terdapat
bunga mawar pink dan sebuah surat.Aku langsung pulang dan menuju kamarku.Lalu
kubuka surat yang sudah kotor itu sambil menangis.Aku tak kuasa menahan
kesedihan ini.
“Callista,ini surat dariku.Aku ingin
menyampaikan sesuatu padamu yang selama ini aku pendam.Maafkan aku jika aku
tidak dapat menghadiri acara saat kamu terpilih menjadi ketua OSIS.Aku tahu
bahwa kamu yang terpilih,aku sudah tahu dari kepala sekolah kemarin.Hari ini
aku telat datang karena aku mencari bunga yang berwarna pink.Aku tidak mau
membelinya,aku mau dengan usahaku sendiri.Inikan permintaanmu dua hari yang
lalu?Callista,izinkanlah aku untuk menjadi temanmu,teman seumur hidupmu.Aku mau
mendampingimu.Aku selalu ada disana,dihatimu.Kamu tidak perlu cermin-cerminmu
lagi,jangan merasa sendiri lagi.Karena sudah ada aku.Aku mengasihimu.Ingat,jadilah
dirimu yang sebenarnya.”
Begitulah surat dari Arnold untuk
terakhir kalinya.Arnold,dimanapun kamu berada sekarang,ingatlah,bahwa aku juga
mengasihimu seumur hidupku.Aku segera mengambil batu dari halaman rumah lalu ku
lemparkan ke semua cermin-cerminku.
“Aku tidak membutuhkan cermin-cermin
ini lagi!Karena sudah ada Arnold yang menemaniku dan selalu dihatiku.Walaupun
dia sudah tidak ada lagi,aku yakin,Arnold terus bersamaku menemaniku..Aku telah
menemukan diriku sebenarnya yang selama ini tidak pernah kucoba cari. Maafkan
aku cermin,sudah tidak dapat membuatmu tersenyum lagi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar