Kasus Pembunuhan Anak dalam Kardus Kembali Membawa
Duka
6/10/15 Bintang.com,
Jakarta Kasus
pembunuhan pada
anak kerap terjadi sejak dulu. Belum kering tetes air mata saat ketika Angeline
dibunuh, kini muncul kembali sebuah kasus pembunuhan yang keji. Seorang anak
gadis berusia sembilan tahun ditemukan di dalam kardus dalam keadaan tidak
bernyawa.
Kasus pembunuhan anak dalam kardus yang masih belum juga selesai kembali
membawa duka dan ngeri bagi setiap kalangan.
Namanya Fauzia, seorang murid SD yang cantik
jelita. Ditemukan di dalam kardus tanpa identitas, di Kampung Belakang,
Jalan Sahabat RT 006 RW 005, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta
Barat, Jumat (2/10) sekitar pukul 22.30.Kardus temukan oleh tiga warga
setempat; Lukman (28), Ardi Wibowo (28), dan Welly Supriyanto (28).Ketiga
orang tersebut bergidik ngeri saat menemukan sesosok gadis di dalam kardus.
Bagaimana tidak, keadaan Fauzia saat itu sangat menyedihkan. Posisi badanya
tertekuk dengan tangan dan kedua kaki mengarah ke dada. Dan yang lebih menyayat
hati, Fauzia ditemukan dalam keadaan tidak berbusana serta mulutnya dibekap
dengan lakban.
Sebelum orangtua Fauzia melaporkan kehilangan
anak kepada pihak yang berwenang, Fauzia masih terlihat oleh masyarakat sekitar
ketika jam pulang sekolah. Saat itu adalah hari Jumat. Seharusnya Fauzia pulang
lebih awal dari biasanya. Salah satu saksi mata, sepupu korban, sempat melihat
Fauzia berbelok ke arah sebuah gang yang tidak biasanya dia lalui. Sempat
ditanya hendak ke mana, Fauzia hanya menjawab "mau
main." Sepupunya kemudian mengejar hingga ke jalan buntu. Namun sosoknya
tiba-tiba menghilang. Kasus ini masih belum selesai, meskipun kini jasad
Fauzia sudah dimakamkan. Pelaku pembunuhannya pun belum juga ditemukan. Tapi,
polisi sudah memiliki gambaran sang pelaku. Melalui CCTV, polisi menemukan dua
orang pengendara motor yang membawa kardus. Satu orang membawa kardus coklat
dengan strip berwarna biru. Satunya lagi, membawa kardus yang seluruhnya
berwarna coklat. Pria ini mengenakan sweater abu-abu.
Karena posisi CCTV berada di atas, dan dekat
dengan lampu jalan, maka polisi tidak bisa mengenali plat nomor kedua motor
yang terekam tersebut. Sampai sekarang, polisi masih mencari pelaku pembunuhan
Fauzia, korban kasus pembunuhan
anak dalam
kardus.
Identifikasi
Menurut saya, kasus diatas memiliki beberapa kemungkinan.
Jika di identifikasi secara mendalam, ada beberapa faktor yang menyebabkan
kasus ini dapat terjadi. Yang pertama jika dilihat dari sisi Fauzia sebagai
korban. Disini ada beberapa kemungkinan, yaitu Fauzia adalah seorang anak yang
yang memiliki sikap tertutup, baik kepada orang tua maupun keluarganya. Hal ini
dapat dibuktikan, ketika Fauzia ditanya oleh sepupunya hendak kemana, Fauzia
hanya menjawab ingin pergi bermain tanpa menjelaskan lebih dalam lagi. Seperti
ingin bermain dimana dan bersama siapa. Juga ada kecurigaan, mengapa Fauzia
pergi kearah jalan yang biasanya tidak di lewatinya. Ketika sepupunya
mengikutinya, dan ternyata jalan buntu, lalu tiba – tiba Fauzia menghilang.
Kemungkinan selanjutnya adalah Fauzia janjian dengan seseorang yang asing, lalu
di culik, diperkosa dan dibunuh.
Yang kedua jika dilihat dari sisi si tersangka. Tersangka
ini kemungkinan memiliki gangguan kejiwaan. Alasannya adalah, korban dari
pemerkosaan dan pembunuhan ini adalah perempuan yang baru berumur 9 tahun.
Dapat dikatakan, tersangka adalah seseorang yang memiliki gangguan kejiwaan
Pedophilia. Pedophilia adalah gangguan psikoseksual dimana tindakan fantasia
atau sebenarnya terlibat dalam aktivitas seksual dengan anak – anak sebelum
pubertas. Pedophilia dapat dikatakan gangguan mental, bahkan di beberapa
negara, kasus seperti ini adalah bentuk kriminal. Tersangka melakukan tindak
kejahatan ini sepertinya telah direncanakan. Hal ini dapat terlihat dari
tersangka yang sudah mempersiapkan kardus dan lakban untuk mengumpatkan mayat
korban. Kemungkinan lain adalah, bisa saja tersangka setelah melakukan
pemerkosaan mengalami ketakutan. Yang dikarenakan telah menyebabkan si korban
trauma, dan karena takut akan masuk penjara karena hal pemerkosaan, si
tersangka menghabisi nyawa korban lalu langsung kabur.
Pendekatan
Psikologi
Pendekatan psikologi yang dapat diterapkan
untuk kasus ini adalah pendekatan kognitif (Cognitive
Approach), pendekatan perilaku (Behavioral
Approach) dan pendekatan psikoanalisa (Psychoanalytice
Approach).
Ø Pendekatan Kognitif (Cognitive
Approach)
Pendekatan ini berfokus pada tersangka,
seperti bagaimana tersangka memproses informasi yang didapat tentang Fauzia.
Lalu bagaimana informasi ini mempengaruhi pikiran, dan apa yang dirasakannya.
Melalui pendekatan kognitif, kita dapat
mengetahui bagaimana tersangka memiliki pola pikir dan penyebab dia memiliki
niat seperti ini. Kita juga dapat mencari tahu faktor – faktor yang
mempengaruhi mental tersangka tersebut. Jadi, pendekatan kognitif lebih
berpusat pada bagaimana individu tersebut berpikir, mengingat, dan mempercayai
sesuatu.
Ø Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)
Melalui pendekatan perilaku, kita dapat
mempelajari bagaimana hubungan perilaku dan jiwa atau karakter tersangka.
Seperti bagaimana sikapnya sehari - hari
sehingga dapat melakukan tindak kejahatan ini. Kita juga dapat mengidentifikasi
dari bagaimana tersangka mendekati korban, sampai si korban dibunuhnya. Kita
juga dapat mempelajari dari bagaimana tersangka berperilaku sebelum melakukan
tindak kejahatan ini dan setelah melakukannya. Jika dilihat dari sisi korban,
kita dapat mempelajari bagaimana korban berperilaku sehari – hari sehingga
kejadian ini dapat terjadi padanya.
Ø Pendekatan Psikoanalisa (Psychoanalytice Approach).
Melalui pendekatan psikoanalisa, kita dapat
mengetahui apa motivasi dalam pemikiran tersangka. Kita juga dapat mengetahui
apakah tersangka memiliki masalah – masalah psikologi yang tidak tersampaikan
sehingga melakukan tindak kejahatan ini. Melalui pendekatan psikoanalisa kita
dapat melihat bagaimana kecemasan yang ada dalam diri tersangka setelah
melakukan tindak kejahatan ini. Pendekatan psikoanalisa lebih menekankan kepada
analisa jiwa seseorang.
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan dari kasus ini adalah, tersangka
telah melakukan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Fauzia, anak perempuan yang
baru berumur 9 tahun. Fauzia ditemukan oleh 3 orang warga setempat dalam
keadaan sudah tidak bernyawa. Yang lebih tragis lagi adalah, Fauzia ditemukan
di dalam sebuah kardus dengan keadaan kaki dan tangan diikat dengan lakban.
Fauzia ditemukan dalam keadaan tidak berbusana, karena itu berdasarkan luka –
luka pada korban, ini merupakan pemerkosaan.
Tersangka sempat tertangkap CCTV,
yaitu 2 orang laki – laki menggunakan sepeda motor. Namun, plat nomor tersangka tidak
kelihatan dan sedang di identifikasi. Ada seorang saksi yang sempat berbicara
kepada korban sebelum kejadian ini terjadi. Dia adalah sepupu korban yang sudah
curiga kepada korban akan pergi. Menurut kasus diatas, kemungkinan korban
dengan gampangnya berkenalan dengan orang asing, dan sudah tidak jujur. Tapi di
lain sisi, bisa jadi ini memang murni kasus pemerkosaan dan pembunuhan.
Saran saya adalah, agar tersangka
segera diketahui dan ditindak secara hukum. Namun jangan hanya hukuman penjara
bertahun – tahun, namun disertai pendidikan yang mengubah pola pikir tersangka
dan mengubahkan pribadi tersangka tersebut. Karena, hukuman ditahan dalam
penjara selama bertahun – tahun bahkan puluhan tahun tidak ada gunanya jika
tidak ada upaya menanamkan pola pikir yang benar di pikiran tersangka. Untuk
orangtua, diharapkan menanamkan kepada anak sikap untuk terbuka dan jujur, dan
mengingatkan kepada anak untuk tidak sembarangan mengenal orang asing.